Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (Asdeki) melakukan langkah nyata menjalin kemitraan dengan Asosiasi Depo Kontainer Singapura (Container Depot and Logistic Association). Pihaknya pun melakukan kunjungan langsung ke Pelabuhan di Singapura.
“Kita melakukan peninjauan langsung ke lapangan dan sekaligus mengkoordinasikan bagaimana depo kontainer se-ASEAN. Kita tau kontainer ini banyak transhipment melalui Singapura. Kemudian keagenan pelayaran kantornya ada di Singapura, tentu kita perlu mengharmonisasikan regulasi,” kata Ketua Umum DPP Asdeki Khairul Mahalli melalui keterangan tertulisnya, Rabu (2/10).
Mahalli bertemu dengan Ricky Lo Presiden CDAS Logistics Alliance Ltd. Asdeki pun mendapat kesempatan melihat sistem bongkar muat depo kontainer yang dikelola oleh CDAS.
Mahalli pun mengatakan apresiasi yang tinggi terhadap Kedutaaan Besar RI yang telah mendukung kegiatan Asdeki selama di Singapura. Termasuk Heru Hardjanto AP Atase Keuangan, Bea dan Cukai, Billy Anugrah Atase Perdagangan dan Sulistijo Djati Ismojo Deputi Kepala Misi Kementerian Luar Negeri.
Di samping itu pihaknya juga berharap besar terhadap Kabinet Baru Pemerintahan Prabowo yang akan terbentuk akan mendukung kegiatan perdagangan demi memuluskan perdagangan ekspor dan impor dan memperlancar roda perekonomian. Terutama di Kementrian Perindustrian, Perdagangan, Perhubungan dan Kemenko Kemaritiman.
Asdeki saat melakukan pertemuan dengan perwakilan Kedutaan Besar RI di Singapura.
Pasalnya Asdeki juga berencana menggelar konferensi internasional yang berkaitan dengan depo kontainer di mana Indonesia akan menjadi tuan rumah.
“Asdeki menjadi tuan rumah mengharapkan dukungan Kedutaan Besar yang ada di Singapura,” katanya.
Untuk urusan depo kontainer, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan agar kegiatan logistik berjalan lancar.
Berdasarkan perbandingan biaya logistik yang ada di Malaysia, Thailand, Vietnam dan Singapura, biaya logistik di Indonesia masih yang paling tinggi sehingga menurunkan daya saing produk dalam negeri untuk dijual ke luar.
“Banyak hal menyangkut tarif-tarif di pelabuhan yang ada di Indonesia harus dievaluasi total dan bagaimana tarif tersebut membuat produk kita bisa memiliki daya saing. Pasalnya cost logistics kita masih sangat tinggi dibanding dengan negara-negara ASEAN lainnya,” ujar Mahalli.