ASDEKI.org – Forum Masyarakat Indonesia Emas (Formas) hadir ingin memberikan kontribusi kepada pemerintah Indonesia melalui problem solving agar biaya logistik bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN.
“Kekuatan Formas itu ada di kolaborasi melalui jaringannya yang bisa melakukan kerjasama dengan pemerintah dan stakeholder lainnya. Saya yakin kita bisa melakukan gebrakan untuk Indonesia Emas,” kata Ketua Umum Formas Yohanes Handoyo Budhisejati di Menara Kadin Indonesia, Jakarta, Senin (10/12).
Handoyo yakin dengan kekuatan kolaborasi Formas dengan semua elemen masyarakat, biaya logistik yang membebani para pengusaha dan masyarakat melalui harmonisasi regulasi bisa ditekan agar produk Indonesia bisa memiliki daya saing di luar negeri.

Hadir dalam pertemuan rapat program kerja Formas Perhubungan dan Logistik ini Devi Erna Rachmawati Kadiv Logistik yang juga sekarang duduk sebagai Waketum Kadin Indonesia, Kadiv Hukum dan Legislasi Antonius Barus dan Kadiv Kemitraan Tonny Silvaraj.
Sementara itu Khairul Mahalli Ketua Umum Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (ASDEKI) yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Perhubungan dan Logistik Formas, menyadari bahwa ongkos logistik di Indonesia masih tinggi.
“Kita ingin memberikan masukan. Untuk itu kita formas ingin memberikan problem solving, karena cost logistic Indonesia masih tertinggi saat ini di ASEAN. Produk kita banyak yang bagus tapi tidak berdaya saing,” katanya.
Misalnya produk impor bisa lebih murah dibandingkan dari dalam negeri. Ini karena ongkos logistik antar pulau di Indonesia bisa lebih mahal dibandingkan biaya pengiriman dari luar negeri.
“Jeruk Pontianak atau Berastagi lebih mahal dari jeruk impor. Lebih murah impor dari kita punya. Begitu juga apel Malang. Kualitasnya baik, tapi sulit berdaya saing dari apel impor,” katanya.
Untuk itu, Formas ingin memberikan masukan agar produk kita bisa berdaya saing melalui program-programnya seperti digitalisasi jasa logistik, halal logistik hingga ekspor impor dalam satu genggaman.
“Menyangkut halal bukan hanya terkait agama, tapi masalah kesehatan. Seperti kontainer bekas angkut kimia bisa meninggalkan bahan-bahan berbahaya bagi kesehatan. Banyaknya barang-barang kita ditolak di luar karena itu,” katanya.
Itu itu, Mahalli berharap ada sertifikasi halal logistik agar produk-produk Indonesia bisa lebih ramah bagi pangsa pasar di ASEAN.
“Jadi kontainer itu harus ada sertifikasi halalnya. Ini terobosan yang belum dibuat. Formas bisa mengajukannya ke Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sehingga nanti turunannya bisa menguntungkan bagi industri,” katanya.